Selasa, 10 Februari 2015

Tagged under: ,

TIPS MENJADI GURU ATAU USTADZAH YANG DISUKAI THOLIBAH ATAU SANTRI



Bismillaah
27 Januari 2015

_____________
Muraja'ah oleh :
Al Ustaadzah Ummu Abdillah Zainab bintu Ali hafidhzahallah
✒Aisyah al Humaira, S.Psi
     Siapa yang tidak mau menjadi guru atau ustadzah yang disukai tholibah atau santri?! Semua guru atau ustadzah sepertinya mengharapkan ini. Tapi tahukah duhai saudariku, bahwa semakin minta disukai tholibah atau santri semakin jauh kita dari kriteria guru atau ustadzah yang layak disukai tholibah atau santri? Jika disukai tholibah atau santri menjadi tujuan kita sebagai guru atau ustadzah, tidak ada yang namanya profesionalisme lagi, yang ada hanyalah menuruti apa yang tholibah atau santri mau dan inginkan, bahkan bila yang diinginkan sudah keluar jalur kegiatan belajar dan mengajar.
     Menjadi guru atau ustadzah bukan tugas atau kewajiban demi mendapat sejumlah uang, bukan! TAPI menjadi guru atau ustadzah adalah IBADAH, tugas suci yang harus diiringi niat IKHLAS semata mencari ridho Allah. Menjadi guru atau ustadzah bukan hanya dituntut untuk mampu memberi pencerahan serta ilmu kepada beberapa individu sekaligus dalam satu waktu, tapi juga secara tidak langsung memberi warna bagi kehidupan seseorang sejak dini hingga masa dewasanya (misal jika anda seorang guru atau ustadzah, maka anda bisa melihat langsung bagaimana pengaruh seorang guru atau ustadzah bisa sampai membekas kuat di hati anak didiknya.
      APALAGI jika mendidik sejak kecil, ibarat mengukir diatas batu, membekas kuat dihati anak didik dan tidak akan terlupakan. Maka jadilah ilmu yang kita ajarkan sejak kecil menjadi ilmu yang bermanfaat, yang pahalanya tetap mengalir meskipun guru atau ustadzah sudah berada dialam kubur.
     Meski mungkin tak banyak yang mau mengakuinya, namun.. setiap guru atau ustadzah pastilah ingin menjadi guru atau ustadzah yang disukai oleh tholibah atau santrinya. Meski terkadang hal tersebut bukan hal yang mudah dilakukan, namun dalam diri setiap guru atau ustadzah pasti ada semangat tersendiri untuk mengajar ketika dirinya merasa bahwa tholibah atau santrinya bisa bersikap terbuka dan senang atas kehadirannya. Nah, untuk menjadi seorang guru atau ustadzah yang disukai (disukai bukan dalam tanda kutip) oleh tholibah atau santrinya, berikut ada beberapa tips yang mungkin bisa membantu anda sekalian, insyaa' Allah. Bi'idznillaah
      Menjadi guru atau ustadzah yang disukai bukan perkara mudah tapi juga tidak sulit, setiap kita pun masih dalam upaya untuk bisa disukai tholibah atau santri. Namun tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah, insyaa' Allah selalu ada jalan..
IBARAT kata pepatah :
ﻣﻦ ﺟﺪ ﻭﺟﺪ
"Man jadda wajada"
Barang siapa bersungguh-sungguh pasti mendapat/berhasil.

Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa kita coba lakukan :
🌵TIDAK TERLALU BANYAK MELAKSANAKAN METODE CERAMAH
🌵MEMBERIKAN CONTOH KEPADA THOLIBAH ATAU SANTRI APA YANG GURU ATAU USTADZAH INGIN THOLIBAH ATAU SNTRI LAKUKAN
🌵JIKA ANDA SEBAGAI GURU ATAU USTADZAH BERHARAP THOLIBAH ATAU SANTRI ANDA HORMAT PADA ANDA,silahkan terlebih dahulu menjaga harga diri tholibah atau santri anda di kelas.
🌵JIKA MARAH ATAU KECEWA PADA THOLIBAH ATAU SANTRI,berbicaralah pada mereka dengan IHSAN dan tetap menjaga akhlaqul karimah, dan jangan berteriak.
📖Allah Ta'ala berfirman :
ﺍﻥ ﺃﻧﻜﺮﺍﻟﺎﺻﻮﺍﺕ ﻟﺼﻮﺕ ﺍﻟﺤﻤﻴﺮ
"Sejelek-jelek suara adalah suara keledai" (QS. Lukman :19).
".
🌵BERBAGI SENYUM TULUS PADA SEMUA THOLIBAH ATAU SANTRI
Tholibah atau santri yang dicap sebagai anak yang ‘bermasalah’ akan luntur dan akan menyukai anda jika anda berikan senyum pada mereka.
🌵MEMOTIVASI THOLIBAH ATAU SANTRI DENGAN CARA MEMOTIVASI DAN BUKAN MENYINDIR
🌵MENGGUNAKN HUMOR PADA TEMPAT DAN SAAT YANG TEPAT
🌵MUDAH DIAJAK BERTEMAN OLEH THOLIBAH ATAU SANTRI DAN BUKAN MENJADI TEMAN THOLIBAH ATAU SANTRI
Mudah diajak berteman artinya guru atau ustadzah pihak yang pasif dalam berkomunikasi namun tetap dengan cara yang profesional. Berusaha menjadi teman tholibah atau santri hanya akan menyulitkan situasi anda dikemudian hari.
🌵PENYABAR DAN MENGANGGAP SEMUA THOLIBAH ATAU SANTRI SEDANG BERPROSES
Hindari meneruskan warisan guru atau ustadzah lain dengan melanjutkan cap yang sudah diterima oleh tholibah atau santri tertentu.
Kemudian sebagai berikut :
1. BIASAKAN UNTUK MUDAH TERSENYUM
    Sebagaimana Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda:
"senyummu kepada saudaramu adalah sedekah". (HR. At-Tirmidzi)
Tak diragukan lagi, setiap orang suka melihat orang yang dijumpainya dalam keadaan tersenyum. Tholibah atau santri pun demikian, lebih-lebih jika senyuman tersebut disertai sapaan. Guru atau ustadzah yang mahal dalam senyum akan memberi kesan sangar dan "jauh" dari tholibah atau santrinya.
2. BERJIWA HUMORIS
    Memberikan pelajaran dan serius bersikap dalam kelas memang terkadang amat diperlukan. Namun ketika anda melihat tholibah atau santri-santri sudah mulai jenuh maka tak ada salahnya anda menyelingi pelajaran dengan sedikit humor dan canda agar suasana kelas ceria kembali dan tholibah atau santri anda merasa fresh untuk melanjutkan pelajaran. Tentunya dengan becanda yang baik yang tidak disertai dusta (kebohongan).
3. MENGUASAI BAHAN PELAJARAN
    Bagi seorang guru atau ustadzah, menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkannya sangatlah perlu. Sangat tidak enak dilihat jika seorang guru atau ustadzah sedikit-sedikit melihat buku atau bolak-balik ke mejanya untuk melihat catatan di meja ketika dia mengajar di depan kelas. Anda boleh tanyakan pendapat tholibah atau santri anda jika sekiranya ada guru yang seperti itu di lingkungan mengajar anda.

4. SERBA TAHU
    Kodrat seorang guru atau ustadzah adalah pemberi ilmu. Maka tak heran jika dia akan dihujani oleh banyak pertanyaan seputar materi yang dia ajarkan baik ketika berada di dalam kelas maupun di luar kelas. Oleh karena itu, usahakan sebelum anda mengajar, kuasailah materi yang akan anda ajarkan. Gunakan konsep 5W 1 H untuk mencari pertanyaan dan jawaban atas materi yang akan anda ajarkan. Begitu anda sudah berhasil dalam konsep 5W 1 H, maka bisa di pastikan insyaa' Allah, anda pasti akan bisa menjadi sosok yang serba tahu yang pastinya akan menjadikan tholibah atau santri-santri anda terkesan dengan sosok guru atau ustadzah yang mereka miliki.
   Meski begitu, sepanjang pengalaman, terkadang ada juga beberapa pertanyaan terselip yang datang dari tholibah atau santri dimana kita agak ragu untuk menjawabnya. Dalam situasi itu, anda bisa memberi umpan balik kepada tholibah atau santri yang lain untuk menjawabnya atau jika buntu jadikan dulu sebagai PR sementara anda bisa mencari jawaban yang sekiranya akan memuaskan tholibah atau santri-santri anda. Dengan demikian tholibah atau santri akan percaya dengan ilmu dan pengetahuan guru atau ustadzahnya.

5. JAGA PENAMPILAN
   Menjadi seorang guru atau ustadzah bukan berarti menjadi sosok 'yang kaku dengan kaca mata minus tebal'. Guru atau ustadzah sekarang adalah sosok fleksibel yang bisa mengikuti perkembangan jaman meski tak lepas dari tanggung jawab moral sebagai seorang pendidik. Oleh karena itu, jagalah penampilan anda senantiasa rapi dan elegant di depan tholibah atau santri-santri sehingga mereka menaruh hormat terhadap pribadi anda. Jangan sekali-kali tampilkan wajah kusut, baju kumal atau memberi "aroma tak sedap" ketika anda berada diantara tholibah atau santri-santri anda. Bahkan jika perlu, cuci muka dan rapikan jilbab sebelum masuk kelas agar terlihat fresh sebelum anda berangkat ke kelas untuk mengajar.

6. SAMPAIKAN PEMBELAJARAN DALAM BENTUK NON-FORMAL
      Salah satu kesalahan dalam opini pembelajaran yang sering terlihat di negeri ini adalah bahwa belajar hanya ada di dalam kelas dan harus diterapkan dengan metode tutorial dari guru atau ustadzah ke tholibah atau santri. Padahal, dalam kenyataannya, pembelajaran merupakan sebuah proses yang bisa dilakukan di mana saja, kapan saja, dan dalam bentuk apa saja. Jika anda merasa perlu sedikit improvisasi dalam menerapkan materi, bisa saja ajak tholibah atau santri-santri sejenak membuat permainan di dalam atau di luar kelas dengan target memasukkan unsur pelajaran yang ingin anda tanamkan kepada mereka. Memanfaatkan waktu istirahat dengan menyelingi sedikit tanya jawab santai dengan tholibah atau santri ketika mereka bermain juga bisa diterapkan agar tholibah atau santri bisa lebih mudah memahami pelajaran yang sebelumnya mungkin dirasa sulit ketika mereka berada di dalam kelas.

7. MEMBERIKAN PENILAIAN ATAS SETIAP TUGAS YANG DIBERIKAN
        Ini merupakan hal yang penting! Terkadang seorang guru atau ustadzah tak memberikan penilaian terhadap tugas yang telah diberikannya terhadap tholibah atau ustadzah dengan macam-macam alasan, entah itu capeklah, malaslah, atau bahkan sudah bisa memperkirakan nilai tholibah atau santri atas tugas yang diberikan itu. Padahal, bagi tholibah atau santri, penilaian atas tugas merupakan hal yang penting bagi mereka. Selain bisa memotivasi agar mereka berusaha lebih lagi untuk mendapat nilai yang lebih tinggi di tugas selanjutnya, mereka juga akan merasa hasil jerih payahnya mendapat apresiasi/penilaian yang layak dari guru atau ustadzahnya.
🌵8. BERTANGGUNG JAWAB DAN BERANI
       Bertanggung jawab dan berani di sini bukan berarti anda sebagai guru atau ustadzah kemudian harus bersikap seolah-olah superior terhadap tholibah atau santri anda. Tanggung jawab disini berarti anda bisa mempertanggungjawabkan materi pelajaran yang anda berikan kepada tholibah atau santri.Terkadang guru atau ustadzah juga bisa salah dalam memberi pembelajaran. Salah satu contoh misalnya ketika anda melakukan kesalahan, segera menyadari bahwa sudah ada kesalahan yang anda buat ketika mengajar, jangan ragu untuk meminta maaf kepada mereka.
Meminta maaf tidak akan menurunkan wibawa anda sebagai guru atau ustadzah. Beritahukan alasan kenapa anda sampai keliru, dengan demikian tholibah atau santri akan bisa paham dan tetap akan menghargai anda sebagai guru atau ustadzah mereka yang baik.
[Dikutip dan diedit tanpa merubah makna]

 والله اعلم بالصواب




[Tim Psikologi WA BIKUM]

0 komentar :

Posting Komentar