Selasa, 10 Februari 2015

Tagged under:

Bapak, Ibu, Didik Ananda dengan Kelembutanmu


بسم الله الرحمن الرحيم

 10Robiul Awwal 1436 H/31 Desember 2015
____________________

BAPAK, IBU...

DIDIK ANANDA DENGAN KELEMBUTANMU

____________________
Aisyah al Humaira, S.Psi
(Telah dimuraja'ah oleh : Al Ustadzah Ummu Abdillah Zainab bintu Ali  hafidhzahallah)


      Anak adalah Anugerah terbesar dari Allah Yang Maha Agung, yang selalu di dambakan oleh setiap para orangtua. Mereka adalah sosok makhluk kecil yang terlahir dengan fitrah yang suci yang kelak akan di mintai pertanggungjawabannya oleh Allah Subhaanahu wa Ta'ala.
    Kehadiran anak di tengah-tengah keluarga merupakan sesuatu yang sangat di natikan, oleh karenanya, sudah selayaknya orangtua berusaha mendidik anak-anaknya menjadi anak yang shalih dan shalihaah serta berakhlak mulia.
Sebagaimana hadits yang datang dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam:
"Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya". (Muttafaqun 'alaihi)
    Memiliki anak-anak yang punya kedisiplinan tinggi, memang cita-cita semua orangtua. Namun, adakalanya orangtua kesulitan dalam menghadapi perilaku anak-anak mereka.
Sering kali, orangtua terus berkutat dengan masalah kedisiplinan yang idealnya selalu dipatuhi anak-anak. Orangtua terkadang harus memaksa anak-anaknya untuk disiplin di rumah, menghormati orangtua, bicara dengan nada yang santun, rajin belajar, tidur siang tepat waktu, yang intinya mengatur semua gerak-gerik Si Kecil.
    Namun, harus tetap ingat, kedisiplinan yang Bapak dan Ibu maksud tak hanya melakukan koreksi pada tingkah laku anak-anak saja. Tapi juga mengajarkan kepada mereka shalat tepat waktu, cara untuk bisa mengontrol dirinya, serta peduli akan lingkungannya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi orang yang bermanfaat di kemudian hari, bi'idznillaah.
    Untuk itu, ada beberapa pendekatan yang dapat Bapak dan Ibu lakukan untuk membantu anak-anak mendisiplinkan dirinya.
Agar anak Bapak dan Ibu mau mematuhi segala aturan yang ada di rumah insyaALLAH, ikuti 18 trik berikut ini:
1. Tegas
Jika Bapak dan Ibu melarang anak-anak untuk tidak melakukan sesuatu, buatlah alasan-alasan yang masuk akal, dengan memberikan penjelasan dan bimbingan padanya. Anak jaman sekarang pasti tidak akan mau menerima alasan seperti, “Jangan berkata yang tidak baik!” Atau, “Jangan jajan sembarangan!” Beritahu alasannya, kenapa dia tidak boleh berkata yang tidak baik atau jajan sembarangan. Tentunya dengan bahasa yang santun dan di sesuaikan dengan usia mereka.
2. Jangan Plin Plan
Pada dasarnya, Si Kecil akan meniru apa yang orang dewasa lakukan. Begitu pun jika Bapak dan Ibu bertindak plin-plan terhadap suatu keputusan. Misalnya, Bapak tidak setuju anak melompat-lompat di tempat tidur, sementara Ibu membiarkannya. Hal ini hanya akan membuat anak bingung, akibatnya anak jadi mengabaikan ketidaksetujuan Bapak. Jadi, buatlah kesepakatan keputusan antara Bapak dengan Ibu agar anak-anak jadi mudah dalam bersikap.
3. Musyawarah
Anak-anak tak selalu bisa mengatasi dan membedakan antara persoalan yang besar dan kecil. Sesekali, bermusyawarahlah dan mengertilah diri mereka. Tindakan musyawarah akan membuat anak-anak menjadi lebih mudah menghadapi persoalan yang lebih besar nantinya. Misalnya, jika dia lalai menengok ke kiri-kanan saat akan menyeberang jalan, lain kali dia tak akan begitu lagi. Jika Bapak dan Ibu keberatan dengan sikapnya, nyatakan dengan jelas. Misalnya, “Berhentilah melempar-lempar mainanmu, Nak!” Tapi, jangan katakan, “Hei, mainannya jangan dilempar-lempar, dong!”
4. Beri Bimbingan
Jika anak Bapak dan Ibu mengobrak-abrik buku dari lemari yang ada di ruang keluarga, katakan saja, “Maukah kamu berhenti ‘bermain’ buku, Nak? Baca saja, ya di kamarmu?” Jika dia tak memedulikan perkataan Bapak dan Ibu, dengan cara yang lembut namun tegas, Bapak dan Ibu bisa membimbingnya ke kamar dan katakan padanya, kamu boleh kembali ke ruang keluarga jika mau mendengarkan kata-kata Bapak dan Ibu.

5. Beri Peringatan
Jika anak tahu aturan yang telah Bapak dan Ibu buat, pada usia tertentu, Bapak dan Ibu hanya perlu bertanya padanya, ketika melakukan pelanggaran. Anak akan langsung merasa segan pada Bapak dan Ibu, karena ada konsekuensi atau sanki yang harus diterimanya segera, setelah pelanggaran dibuat. Jika Bapak dan Ibu terbiasa membuat batasan peringatan sampai hitungan 5, kali ini kurangi sampai hitungan ke 3, sehingga anak akan belajar untuk segera mengubah sikap setelah diberi peringatan.

6. Beri Alasan
Jika anak bermain-main dengan benda tajam, Bapak dan Ibu tentu harus lebih berhati-hati memperingatinya. Terangkan dengan bahasa yang jelas dan sederhana, apa yang akan Bapak dan Ibu lakukan dan sebutkan alasannya. Misalnya, “Ibu simpan pisaunya ya, Sayang, nanti bisa melukai tanganmu!” Atau, “Ibu minta kamu jangan main air ya, nanti lantainya jadi licin dan bisa bikin kamu terjatuh.”

7. Jangan Tunda Hukuman
Jika Bapak dan Ibu ingin menghukum anak yang tidak disiplin, hukumlah segera setelah Bapak dan Ibu tahu dia tidak disiplin. Jangan sampai Bapak dan Ibu menunda memberi hukuman padanya. Sebab, anak-anak tidak akan mau menerima hukuman beruntun atau mengulangi kesalahan. Berilah hukuman yang mendidik, seperti menyapu lantai, merapikan tempat tidur, tidak boleh bermain, atau membersihkan kamar mandi.

8. Tetap Tenang
Marah sambil berteriak, membentak, atau menceramahi anak tanpa henti, akan membuat Bapak dan Ibu menjadi orang yang melakukan tindak kekerasan verbal terhadap anak. Tindakan ini justru bisa merusak rasa penghargaan diri pada anak Bapak dan Ibu. Akibatnya, anak jadi tidak memiliki rasa percaya diri di hadapan orangtuanya.

9. Duduk Menyandarkan Lutut
Menunduklah saat berbicara pada Si Kecil, terutama saat memberi kritikan padanya. Duduk (mendekati) anak dengan menyandarkan lutut Bapak atau Ibu pada lutut anak dan meletakkan kedua telapak tangan diatas kedua pundak anak (berhadapan), agar pandangan mata Bapak atau Ibu sejajar dengannya. Dengan sikap seperti ini, Bapak dan Ibu tak perlu merasa khawatir akan kehilangan hormat darinya. Justru sebaliknya, anak akan semakin menghormati dan menghargai Bapak dan Ibu sebagai orangtua.

10. Jangan Ceramah
Ajaklah Si Kecil ngobrol dan berdiskusi, dari pada diceramahi panjang lebar. Meskipun tampaknya pernyataan ini tidak bernada keras, seperti, “Sudah berkali-kali Ibu bilang …” Atau, “Setiap saat kamu kok …”, tetap memberi kesan seolah-olah anak ditakdirkan untuk selalu mengecewakan Bapak dan Ibu, apapun yang anak perbuat.
Cobalah gulirkan pertanyaan-pertanyaan seperti, “Jajan sembarangan, kan, enggak baik buat kesehatan, ya?” Atau, “Apakah kamu suka jika temanmu mengganggu terus, Nak?” Kritiklah sikapnya, jangan salahkan dirinya.

11. Tunjukkan Sikap Positif
Terlalu banyak waktu Bapak dan Ibu yang terbuang jika hanya mengkritik sikap buruk Si Kecil. Sebaliknya, Bapak dan Ibu jadi kekurangan waktu untuk memberinya pujian atas sikap positifnya. Ada kalanya, sesekali Bapak dan Ibu perlu mengucapkan, “Ibu senang,,,, lihat kamu membereskan mainan dan menyimpannya di tempat semula.”

12. Bermain Bersama
Jika sempat, tak ada salahnya Bapak dan Ibu meluangkan waktu sebentar dan ikut bermain-main denganya. Buatlah permainan bernuansa perlombaan semacam “siapa cepat dia dapat.” Permainan ini akan melatih anak Bapk dan Ibu bertindak cepat setelah ada aba-aba dari Bapak dan Ibu, atau yang dia ucapkan sendiri.

13. Hindari Rasa Jengkel
Belajarlah untuk memaklumi hal-hal yang bisa memicu anak kesal dan jengkel. Umumnya, perasaan tidak nyaman ini dialami anak-anak saat dia sedang kelelahan, saat Bapak dan Ibu terlalu menuntutnya berbuat lebih, saat dia lapar, dan saat dia sakit. Minimalisasi kondisi-kondisi yang membuatnya tidak nyaman ini untuk mengurangi kejengkelan pada anak.

14. Jangan Menampar!
Tamparan keras yang Bapak dan Ibu berikan di wajahnya, akan berpengaruh buruk bagi diri anak, juga Bapak dan Ibu. Anak yang pernah ditampar orangtuanya akan merasa lebih menderita, dari pada perasaan tidak dihargai atau depresi sekalipun. Tindakan ini pun sekaligus bisa mengajarkan, secara tidak langsung pada anak, untuk menyelesaikan segala persoalan dengan cara kekerasan.

15. Jangan "Membiasakan"
Jangan membiasakan memberi uang atau hadiah kepada anak saat Bapak atau Ibu memintanya untuk mengerjakan atau melarang sesuatu. Kebiasaan seperti ini bisa membuat anak jadi tidak mau mengerjakan atau menghindari sesuatu, jika belum diberi uang atau hadiah. Namun, ada kalanya pada kondisi tertentu boleh memberikan hadiah yang dapat memotivasi semangatnya.

16. Bersikap Dewasa
Bersenda gurau dengan cara melucu berlebihan, dengan menggigiti atau menarik-narik rambut anak Bapak dan Ibu, untuk menunjukkan rasa sayang, merupakan tindakan yang salah. Bersikaplah sewajarnya, sebagai orang dewasa seperti menggenggam tangannya, memeluknya, atau memberi ciuman di kedua pipi atau kepalanya.

17. Hadapi Rengekan
Katakan kepada anak-anak untuk tidak merengek saat meminta sesuatu dan tegaskan pula, Bapak dan Ibu tidak akan mengabulkan permintaannya jika disampaikan dengan cara merengek atau menangis. Kecuali, jika dia meminta sesuatu dengan sikap yang manis dan sopan.

18. Contoh Baik
Jika suatu kali anak Bapak dan Ibu pernah memerogoki Bapak dan Ibunya sedang berdebat tanpa menggunakan kekerasan, dia akan meniru sikap baik itu. Tapi, jika Bapak dan Ibu bertengkar dengan saling menghina, memukul, atau berteriak, anak Bapak dan Ibu akan meniru sikap-sikap buruk itu di kemudian hari.

     Dari 18 trik di atas, yang terpenting, Bapak dan Ibu harus mengerti terlebih dulu kondisi anak-anak. Sebelum berusaha untuk membuatnya menjadi lebih disiplin. Hubungan dan komunikasi yang baik dengan anak memang sangat perlu dilakukan. Yang bisa Bapak dan Ibu lakukan segera untuk mengatasi masalah ini, yaitu Bapak dan Ibu hanya perlu bertanya kepada anak, apa yang sebenarnya terjadi dan mengapa dia berbuat begitu. Pada beberapa kasus, anak-anak dapat berterus terang tentang masalahnya kepada orangtua. Namun, jika dia tidak mau berterus terang, sementara Bapak dan Ibu tidak mempunyai cara lain untuk bertindak, tetaplah berprasangka baik.
[Dikutip dari berbagai sumber, diedit tanpa merubah makna].
والله اعلم بالصواب

[Grup WA BIKUM]

0 komentar :

Posting Komentar