Bismillaah
23 Januari 2015
______________________
✒Aisyah al Humaira, S.Psi
Editor : Rizki Ummu 'Abdillaah
(Telah dimuraja'ah oleh : Al Ustaadzah Ummu Hudzaifah As Samarindiyyah -Allahu Yuwaffiquhaa-)
Setiap manusia pasti ingin selalu memiliki kehidupan yg dinamis,ingin selalu lebih baik di tiap harinya. Seperti, meningkatkan kualitas diri dan ilmu pengetahuannya. Karena tiap manusia tidak lah ingin dikatakan bodoh dan statis. Tak ingin hidupnya bernilai negatif. Cobalah kita lihat kehidupan para ulama agar hidup senantiasa bernilai positif. Bagaimana mereka (para salaf) menghadapi kehidupan, yaitu berupa cara yang mereka tempuh dalam menghadapi masalah. Oleh karena itu,sebaiknya kita kenali lebih dulu ciri-ciri para pendahulu kita yang senantiasa berpikir positif dalam kehidupannya dan kita bisa meniru jalan pikiran mereka sesuai dengan Al Qur'an dan Sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dengan pemahaman Salaf.
1. MELIHAT MASALAH SEBAGAI TANTANGAN
Tak ada jalan yang tak berkelok Tak ada lautan yang tak berombak. Tak ada ladang yang tak beronak. Di mana ada kehidupan pasti di situ ada ujian dan cobaan. Demikianlah sekelumit tentang sketsa kehidupan dunia yang fana ini. Allah Subhaanahu Wa Ta’ala menjadikannya sebagai medan tempaan (darul ibtila’), untuk menguji kualitas kesabaran dan penghambaan segenap hamba-Nya.
Al-Imam Ibnul Qayyim -rahimahullah- berkata, “Sesungguhnya Allah Subhaanahu Wa Ta’ala menguji hamba-Nya yang beriman tidak untuk membinasakannya, tetapi untuk menguji sejauh manakah kesabaran dan penghambaannya. Sebab, sesungguhnya Allah Subhaanahu Wa Ta’ala wajib diibadahi dalam kondisi sulit dan dalam hal-hal yang tidak disukai (oleh jiwa), sebagaimana pula Dia Subhanahu wata’ala wajib diibadahi dalam hal-hal yang disukai. Kebanyakan orang siap mempersembahkan penghambaannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam hal-hal yang disukainya. Karena itu, perhatikanlah penghambaan kepada-Nya dalam hal-hal yang tak disukai. Sebab, di situlah letak perbedaan yang membedakan kualitas para hamba. Kedudukan mereka di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala pun sangat bergantung pada perbedaan kualitas tersebut.” (waabilush-shoyyib, hlm. 5)
Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman : "Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)." [QS. Al-Anbiya:35].
Tak ada jalan yang tak berkelok Tak ada lautan yang tak berombak. Tak ada ladang yang tak beronak. Di mana ada kehidupan pasti di situ ada ujian dan cobaan. Demikianlah sekelumit tentang sketsa kehidupan dunia yang fana ini. Allah Subhaanahu Wa Ta’ala menjadikannya sebagai medan tempaan (darul ibtila’), untuk menguji kualitas kesabaran dan penghambaan segenap hamba-Nya.
Al-Imam Ibnul Qayyim -rahimahullah- berkata, “Sesungguhnya Allah Subhaanahu Wa Ta’ala menguji hamba-Nya yang beriman tidak untuk membinasakannya, tetapi untuk menguji sejauh manakah kesabaran dan penghambaannya. Sebab, sesungguhnya Allah Subhaanahu Wa Ta’ala wajib diibadahi dalam kondisi sulit dan dalam hal-hal yang tidak disukai (oleh jiwa), sebagaimana pula Dia Subhanahu wata’ala wajib diibadahi dalam hal-hal yang disukai. Kebanyakan orang siap mempersembahkan penghambaannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam hal-hal yang disukainya. Karena itu, perhatikanlah penghambaan kepada-Nya dalam hal-hal yang tak disukai. Sebab, di situlah letak perbedaan yang membedakan kualitas para hamba. Kedudukan mereka di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala pun sangat bergantung pada perbedaan kualitas tersebut.” (waabilush-shoyyib, hlm. 5)
Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman : "Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)." [QS. Al-Anbiya:35].
Dengan mengetahui perbedaan kualitas seseorang yang melihat masalah sebagai tantangan, maka kita bisa bandingkan dengan orang yang melihat masalah sebagai cobaan hidup yang terlalu berat dan bikin hidupnya jadi paling sengsara sedunia. Yang akhirnya menjadikannya 'terpuruk', berprasangka buruk pada Allah, mengadukan Allah pada makhluk, berpandangan sinis dan benci kepada manusia dalam perkara pribadi yang menyinggung urusan pribadinya padahal Allah telah menjadikan "sebagian kamu adalah ujian bagi sebagian yang lain." [QS. Al Furqon:20]
2. MENIKMATI HIDUPNYA
Pemikiran positif, menjadikan seseorang selalu berprasangka baik yang akan membuat dirinya menerima keadaannya dengan besar hati, tenang menjalani hidup, sabar dalam menghadapi setiap masalah. Para ulama sepakat bahwa senjata utama untuk menghadapi tiga jenis ujian dan cobaan itu adalah kesabaran, yaitu;
Pemikiran positif, menjadikan seseorang selalu berprasangka baik yang akan membuat dirinya menerima keadaannya dengan besar hati, tenang menjalani hidup, sabar dalam menghadapi setiap masalah. Para ulama sepakat bahwa senjata utama untuk menghadapi tiga jenis ujian dan cobaan itu adalah kesabaran, yaitu;
1. Sabar di atas ketaatan kepada Allah Subhanahu wata’ala, dengan selalu mengerjakan segala perintah-Nya Subhanahu wata’ala.
2. Sabar dari perbuatan maksiat, dengan selalu menahan diri dari segala yang dilarang oleh Allah Subhanahu wata’ala.
3. Sabar atas segala musibah yang menimpa dengan diiringi sikap ikhlas dan ridha terhadap takdir yang ditentukan oleh Allah Subhanahu wata’ala. (Lihat Qa’idah fish Shabr karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah [hlm. 90—91], Syarh Shahih Muslim karya al-Hafizh an-Nawawi [3/101], dan Madarijus Salikin [2/156], dll.) Dengan demikian berarti ia telah berusaha untuk mencapai hidup yang lebih baik.
3. PIKIRAN TERBUKA UNTUK MEMERIMA NASEHAT AGAMA BERUPA SARAN DAN KRITIKAN
Sebagaimana
hadits yg dibawakan dari abu Ruqoyyah Tamim bin aus ad-dariy
radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Dien (ajaran islam) itu adalah Nasehat."
Kami (para sahabat) bertanya: "untuk siapa (ya Rasulullah)?"Beliau menjawab:"untuk Allah, untuk kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk para Imam kaum Muslimin serta seluruh muslimin."
(HR.MUSLIM)
Karena dengan begitu kita akan dapat mengukur diri (introspeksi diri), dan siap dengan penuh semangat memperbaiki diri agar menjadi manusia yang lebih baik kedepannya, insyaa Allah.
Kami (para sahabat) bertanya: "untuk siapa (ya Rasulullah)?"Beliau menjawab:"untuk Allah, untuk kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk para Imam kaum Muslimin serta seluruh muslimin."
(HR.MUSLIM)
Karena dengan begitu kita akan dapat mengukur diri (introspeksi diri), dan siap dengan penuh semangat memperbaiki diri agar menjadi manusia yang lebih baik kedepannya, insyaa Allah.
4. MENGENYAHKAN PIKIRAN NEGATIF SEGERA SETELAH PIKIRAN ITU TERLINTAS DI BENAK
‘Memelihara’ pikiran negatif lama-lama bisa diibaratkan membangunkan singa tidur. Mengira tidak apa-apa, ternyata malah jadi menimbulkan masalah. Masalah dari segi kesehatan fisik dan psikis.
‘Memelihara’ pikiran negatif lama-lama bisa diibaratkan membangunkan singa tidur. Mengira tidak apa-apa, ternyata malah jadi menimbulkan masalah. Masalah dari segi kesehatan fisik dan psikis.
5. MENSYUKURI APA YANG DIMILIKINYA
Dan bukannya berkeluh-kesah tentang apa-apa yang tidak dipunyainya. Sebagaimana Hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam:
"Beruntunglah orang-orang yang diberi petunjuk menuju Islam, sedang hidupnya itu adalah dalam keadaan cukup dan menerima apa adanya." (HR. Imam Muslim)
Dan bukannya berkeluh-kesah tentang apa-apa yang tidak dipunyainya. Sebagaimana Hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam:
"Beruntunglah orang-orang yang diberi petunjuk menuju Islam, sedang hidupnya itu adalah dalam keadaan cukup dan menerima apa adanya." (HR. Imam Muslim)
6. JAUHILAH HASAD, GHIBAH DAN NAMIMAH
Penyakit-penyakit hati ini dapat menghalangi seseorang untuk senantiasa berpikir positif. Hasad adalah awal mula terjadinya ghibah dan namim ah.Hal ini akan menghantarkan seseorang ke dalam dosa dan kebinasaan.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,"Janganlah kalian saling iri, janganlah kalian saling memata-matai saudaranya, janganlah kalian saling membenci dan janganlah kalian saling membelakangi, dan janganlah sebagian kalian membeli barang yang telah dibeli oleh sebagiannya, dan jadilah kalian menjadi hamba-hamba Allah yang menjaga tali persaudaraan." (HR.Bukhari Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu).
Penyakit-penyakit hati ini dapat menghalangi seseorang untuk senantiasa berpikir positif. Hasad adalah awal mula terjadinya ghibah dan namim ah.Hal ini akan menghantarkan seseorang ke dalam dosa dan kebinasaan.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,"Janganlah kalian saling iri, janganlah kalian saling memata-matai saudaranya, janganlah kalian saling membenci dan janganlah kalian saling membelakangi, dan janganlah sebagian kalian membeli barang yang telah dibeli oleh sebagiannya, dan jadilah kalian menjadi hamba-hamba Allah yang menjaga tali persaudaraan." (HR.Bukhari Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu).
Tidak mendengarkan perkataan-perkataan buruk seseorang mengenai orang lain, yang tujuannya untuk kepuasan dan kesenangan pribadi.
Sudah pasti, hal ini berkawan baik dengan pikiran negatif. Karena itu, hasad, ghibah dan namimah adalah perilaku yang dijauhi para salaf dan senantiasa dijauhi oleh para pemikir positif.
Sudah pasti, hal ini berkawan baik dengan pikiran negatif. Karena itu, hasad, ghibah dan namimah adalah perilaku yang dijauhi para salaf dan senantiasa dijauhi oleh para pemikir positif.
7. TIDAK HANYA DIUCAPKAN, TAPI LANGSUNG TINDAKAN
Dimana ilmu selalu membutuhkan untuk di amalkan. Demikian pula pikiran positif, buah dari pikiran positif akan melahirkan perkataan dan tindakan yang positif. Jangan seperti sebuah pepatah:
'Tong kosong nyaring bunyinya' atau istilah syar'i yang sering kita dengar : 'Ilmu tanpa amal ibarat pohon rindang tak berbuah.'
Dimana ilmu selalu membutuhkan untuk di amalkan. Demikian pula pikiran positif, buah dari pikiran positif akan melahirkan perkataan dan tindakan yang positif. Jangan seperti sebuah pepatah:
'Tong kosong nyaring bunyinya' atau istilah syar'i yang sering kita dengar : 'Ilmu tanpa amal ibarat pohon rindang tak berbuah.'
8. MENGGUNAKAN BAHASA POSITIF
Maksudnya, gunakanlah kalimat-kalimat thoyyibah yang mengandung motivasi, seperti "Setiap masalah pasti akan selalu ada jalan keluarnya,” dan “Kamu pasti bisa melewati berbagai ujian hidup.” insyaALLAH.
Maksudnya, gunakanlah kalimat-kalimat thoyyibah yang mengandung motivasi, seperti "Setiap masalah pasti akan selalu ada jalan keluarnya,” dan “Kamu pasti bisa melewati berbagai ujian hidup.” insyaALLAH.
"Sesungguhnya ALLAH tidak akan menguji seorang hamba melainkan sesuai kemampuan hambanya." [QS. Al-Baqarah:286]
9. MENGGUNAKAN BAHASA TUBUH YANG POSITIF
Ciri berikutnya seseorang yang berpikir positif di antaranya adalah senyum,Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :
"Senyummu kepada saudaramu adalah shodaqoh." (HR. At Tirmidzi), menatap lawan bicara dengan penuh kesungguhan dan tenang dalam tindakan. Mereka juga berbicara dengan intonasi yang bersahabat, dan antusias.
"Senyummu kepada saudaramu adalah shodaqoh." (HR. At Tirmidzi), menatap lawan bicara dengan penuh kesungguhan dan tenang dalam tindakan. Mereka juga berbicara dengan intonasi yang bersahabat, dan antusias.
10. PEDULI PADA CITRA DIRI
Berusaha tampil baik sesuai syariat, berupa tampilan yang baik dari luar maupun dari dalam.
Berusaha tampil baik sesuai syariat, berupa tampilan yang baik dari luar maupun dari dalam.
[Dikutip, disusun dan diedit tanpa merubah makna].
والله اعلم بالصواب
والله اعلم بالصواب
🎀Tim Psikologi WA BIKUM🎀
0 komentar :
Posting Komentar