بسم الله الرحمن الرحيم
Senin,29 Rajab 1436H / 18 Mei 2015
Pada kesempatan yang lalu, kita telah mengetahui bahwa obesitas pada anak dapat menimbulkan berbagai dampak kesehatan. Pada kesempatan kali ini in syaa Allah kita akan membahas tentang gizi buruk dan dampaknya terhadap kesehatan.
Menurut perkiraan WHO, sebanyak 54% penyebab kematian bayi dan balita disebabkan oleh keadaan gizi anak yang buruk. Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal.
Gizi buruk adalah keadaaan kurang gizi tingkat berat pada anak, berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi badan
( BB/TB) < -3 standar deviasi WHO-NCHS, dan/
atau ditemukan tanda-tanda klinis marasmus, kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor.
Marasmus
adalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan tampak sangat kurus, iga gambang, perut cekung, wajah seperti orang tua, kulit keriput, jaringan lemak bawah kulit sedikit sampai tidak ada (pada daerah pantat tampak seperti memakai celana longgar/ ”baggy pants”)
Kwashiorkor
adalah keadaan gizi buruk yang ditandai dengan bengkak seluruh tubuh terutama di punggung kaki, wajah membulat dan sembab, perut buncit, otot mengecil, pandangan mata sayu, rambut tipis/kemerahan, kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis).
Marasmus-Kwashiorkor
adalah keadaan gizi buruk dengan tanda-tanda gabungan dari marasmus dan kwashiorkor.
Anak yang menderita gizi buruk mudah sekali terkena penyakit infeksi, yang biasanya kronis. Daya tahan tubuh yang lemah pada anak penderita gizi buruk menyebabkan anak tersebut lebih berisiko meninggal dibandingkan anak yang status gizinya baik.
Menurut UNICEF, gizi buruk disebabkan oleh beberapa faktor penyebab :
1⃣ Penyebab langsung:
asupan gizi yang kurang
penyakit infeksi.
2⃣ Penyebab tidak
langsung:
tidak cukup pangan
pola asuh yang tidak memadai
sanitasi, air bersih/pelayanan kesehatan dasar yang tidak memadai.
3⃣ Penyebab mendasar/akar masalah gizi buruk:
terjadinya krisis ekonomi, politik dan sosial termasuk bencana alam, yang mempengaruhi ketersediaan pangan, pola asuh dalam keluarga, dan pelayanan kesehatan serta sanitasi yang memadai, yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi balita.
Apa saja yang bisa dilakukan seorang ibu agar anaknya terhindar dari gizi buruk?
Ibu membawa anak untuk ditimbang di posyandu secara teratur setiap bulan untuk mengetahui pertumbuhan berat badannya.
Pantau pertumbuhan anak! Yang paling mudah dan murah adalah dengan KMS (Kartu Menuju Sehat):
berat badan ideal jika berada pada pita berwarna hijau dan setiap bulan selalu naik mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS.
jika berat badan anak berada pada pita kuning di bawah pita hijau, ibu perlu segera memperbaiki asupan makan anak agar berat badan anak tidak di bawah garis merah (BGM)
Berat Badan di Bawah Garis Merah (BGM) merupakan peringatan bahwa anak mungkin menderita gizi buruk, sehingga perlu dibawa ke Puskesmas atau rumah sakit untuk mengkonfirmasi status gizi anak tersebut serta menentukan tindak lanjutnya.
Ibu memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0-6 bulan.
Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2 tahun.
Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi kesehatan anak sesuai anjuran pemberian makanan.
Ibu segera memberitahukan pada petugas kesehatan/kader bila balita mengalami sakit.
Jika anti menjadi kader posyandu, hal ini dapat anti lakukan:
Kader melakukan penimbangan balita setiap bulan di posyandu serta mencatat hasil penimbangan pada KMS.
Bagi balita dengan berat badan tidak naik (“T”) diberikan penyuluhan gizi seimbang dan PMT (pemberian makanan tambahan)-pemulihan.
Kader memberikan PMT-Pemulihan bagi balita dengan berat badan tidak naik 3 kali (“3T”) dan berat badan di bawah garis merah (BGM).
Kader merujuk balita ke puskesmas bila ditemukan gizi buruk dan penyakit penyerta lain.
والله أعلم بالصواب
---------------------
✒ dr. Dianika Ummu Raihana
(Telah dikoreksi dr. Agustin Aisyah Sp.PK, M.Kes)
Majmu'ah BIKUM
0 komentar :
Posting Komentar